Sabtu, 25 Maret 2017

XPDC Panca Buana



      SEJARAH DAN BUDAYA DUSUN SILIT
               -       BUDAYA MOYANG   -
                    By “Panca Buana”(XIV)
Di pedalaman Kalimantan Barat khususnya di kecamatan sepauk di daerah kayu lapis kilometer 62  terdapat sebuah kampung yang dimana penduduk lokalnya adalah suku dayak seberuang . Kampung ini dipimpin oleh seorang Ketua adat ( kepala suku) yang bernama Remang. Bapak remang adalah ketua kampung pertama yang priode jabatannya pada tahun 1979 sampai tahun 1982. Setelah beliau wafat kemudian dipilihlah kembali pemimpin kampong, dan terpilihlah Damianus Alwin sebagai kepala kampung. Namun pada saat priode jabatannya tepatnya pada tahun 1982 kampung ini berubah menjadi sebuah desa yang dikenal sebagai desa Nanga Pari. Beriring degan perkembangan penduduk kampong ini dipecah menjadi 3 dusun, salah satunya dusun silit ini.
Saat  berubah menjadi  sebuah desa dan terbentuk dusun silit maka tidak diterapkan lagi system kepala kampung, namun digantikan oleh seorang kepala dusun. Berikut nama-nama kepala dusun silit :
1.      Damianuas alwin
2.      Af barito
3.      F.suti
4.      Nobertus Edison
5.      Longsianus
6.      inus
Di daerah dusun silit kaya akan potensi alamnya, karena di daerah ini terdapat gugusan bukit-bukit yang menjulang tinggi. Melalui kekayaan alam yang melimpah masyarakat dusun silit dapat hidup terkecukupan. Mereka memanfaatkan hasil alam dan senantiasa selalu menjaga keutuhan alam yang ada di daerah nya. Berikut diantaranya nama-nama perbukitan yang ada didaerah dusun silit :
·         Bukit buluh
Bukit buluh adalah bukit terrendah dari keempat bukit lainnya yang dapat kita jumpai. Dipuncak bukit buluh terdapat saka empat (simpang empat)  yang menghubungkan  bukit satu dengan bukit lainnya. Konon dibukit buluh ini terdapat banyak sekali buluh ( bambu ) yang tumbuh , namun pada saat ini populasi bambunya sudah berkurang. Nama bukit buluh ini diberikan oleh nenek moyang mereka yang secara turun temurun diwariskan kepada masyarakat dusun silit.  Disepanjang perjalanan menuju bukit, dapat banyak kita jumpai pohon-pohon jenis Agatis ( dammar ) yang kokoh menjulang tinggi.
·         bukit lumut
Bukit lumut dengan ketinggian 1246 MDPL,  bukit ini ditumbuhi banyak sekali lumut. Dengan ketinggian dan suhunya ini mungkin dapat menyebabkan tumbuh suburnya lumut. Lumut yang tumbuh sangatlah tebal, oleh karena itu bukit ini dinamai bukit lumut. Di daerah bukit lumut ini terdapat jejek -jejak peninggalan jalur badak Kalimantan barat. Jejaknya berupa parit parit yang kedalamannya mencapai 2 meter dan lebarnya kurang lebih 1 meter.  Hal ini yang sampai sekarang menjadikan misteri badak Kalimantan.
·         Bukit parit
Diantara kempat bukit yang kami daki, bukit ini lah yang paling tinggi. Ketinggian bukit ini mencapai 1587MDPL. dibukit ini terdapat jejek- jejak peninggalan badak  oleh karena itu bukit ini dinamai bukit parit Kalimantan.
·         bukit berangin.
Bukit ini adalah bukit tertinggi kedua dari ke empat bukit yang kami daki. Ketinggian bukit ini mencapai 1462 MDPL. Asal-usul nama bukit ini dahulunya banyak ditumbuhi kayu beringin  namun banyak masyarakat yang menyebutnya bukit berangin.
Salah satu masalah yang dapat dijumpai dalam mendaki bukit khususnya di Kalimantan Barat yaitu banyaknya pacet. Pacet adalah hewan penghisap darah yang dimana mereka dapat ditemukan di antara serasah dan juga biasanya mereka menempel di dedaunan. Terdapat banyak jenis pacat, ketika tergigit oleh pacat biasanya terasa sakit ada pula yang tidak terasa sakitnya. Menurut masyarakat pacet akan mati jika diolesi oleh tembakau tepek ataupun disemprot baygon.
Karena dihitung- hitung bukit ini masih satu kawasan yang sangat dijaga maka masih banyak jenis hewan-hewan langka yang dapat dijumpai di daerah tersebut . Burung enggang dan orang hutan merupakan hewan yang sangat terancam kepunahannya di kalimantan ini sendiri , namun Burung enggang dan orang hutan masih sering diburu masyarakat setempat untuk diambil kepala ataupun bulu bulunya. Selain itu terdapat juga jenis-jenis hewan seperti babi hutan, trenggiling, rusa serta burung belayau. Hewan hewan ini dapat banyak kita jumpai pada saat musim buah dihutan tiba.




-          Budaya moyang   -
Unsure budaya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat dusun silit. Budaya yang kental akan keunikan suku dayak seberuang
Salah satu budaya yang masih dapat kita jumpai saat ini ialah
Ø  Ladang berpindah
Masyarakat dusun silit menerapkan unsure budaya berladang yang berpindah - pindah, namun untuk saat ini sudah tidak dianjurkan lagi karena lama kelamaan akan merusak system hutan yang mereka jaga.

Ø  Gawai panen
Gawai panen diadakan saat panen sudah mulai dilakukan , biasanya saat panen tiba masyarakat secara gotong royong membantu memanen padi tersebut. Gawai ini tidak dilakukan secara seretak namun diadakan secara pribadi.

Ø  Gawai penyadi
Gawai penyadi adalah gawai yang dilakukan saat adanya pernikahan. Umumnya masyarakat dusun silit saat menikah mereka mengenakan pakaiyan adat lama. Namun tidak jarang juga yang sudah memakai pakayan pengantin masa kini.


Kebiasaan masyarakat
Salah satu kebiasaan masyarakat dusun silit adalah berburu. Berburu dilakukan dihutan secara individu ataupun berkelompok. Biasanya  saat berburu mereka  membawa anjing untuk teman berburu. Masyarakat berburu menggunakan senapan lantak ataupun boman juga menggunakan tombak dan parang. Pada saat berburu biasanya mereka membawa perbekalan untuk makan serta perlengkapan untuk tidur.
Terdapat cerita yang dipercaya oleh masyarakat dusun silit, jika mereka masuk kehutan dan merasakan kegelisahan atau kengerian mereka menyebut seperti mantra atau baca bacaan ‘ bubuh mentri paluh, pimpin putrid nyalin, kita sama anak mensia’ .  Berikut kisah atau kepercayaan dibalik mantra ini.
’’ Pada jaman dahulu ada seorang pemuda yang bernama paloh bubuh berburu dihutan. Saat  berburu ia menemukan keanehan yang janggal dihatinya , ia menebas seutas akar yang menghalangi jalannya,  entah kenapa setelah ditebas putus akar itu kembali menyatu seperti sebelumnya, hal itu pun terjadi berulang-ulang hal itu membuat  paloh bubuh penasaran dan kemudian ia meminum air tebasan akar tersebut serta meminumkannya kepada anjingnya. Kemuduian ia menebas putus kepala anjing yang dibawanya, tidak berapa lama kepala anjing itu menyambung kembali. Dan ia lakukan terus menerus tetap saja kepala anjing tersebut mennyambug lagi. Dengan kejadian seperti itu ia pun semakin penasaran . paloh bubuh dengan nekat ia menebas kepalanya sendiri  namun sialnya kepalanya  jatuh kelubang yang dalam dan tak biasa diambil lagi. Paloh bubuh merasa kebingungan, ia pun menemukan akal yang tidak masuk diakal ,  ia menebas kepala anjing dan menyambungkan ke badannya sendiri. Dan jadilah ia manusia yang  berkepala anjing. Hal ini oleh masyarakat dipercayai dan kini menjadi seperti hantu. Jika mereka merasakan kegelisahan didalam hutan mereka menyebutkan mantra tersebut agar tidak diganggu oleh mahluk mahluk halus yang tidak kasat mata. Itulah cerita dibalik adanya mantra tersebut. (Sumber kepala dusun bp Inus) ’’
Sebagian masyarakat biasanya masih memanfaatkan obat-obatan tradisional dari akar- akaran maupun tumbuhan lain. Masyarakat dusun silit juga biasanya nginang ( sugi )  hal biasanya ini dilakukan oleh ibu-ibu yang sudah lanjut usia. Terdapat pula rokok dari daun niapah yang sudah dijemur kerig. Biasanya sebagai tembakaunya  mereka meracik sendiri karena beberapa penduduk juga masih menanam daun tembakau.
Komuditi pangan dari dusun silit ini mempunyai fase musiman. Penghasilan dapat diperoleh dari padi, jengkol dan tengkawang. Untuk tengkawang mereka mengumpulkan dari hutan hutan yang kemudian dijual kepengepul. Pada jaman moyang mereka masih sering memproduksi minyak dari tengkawang yang dibuat sendiri dan digunakan sendiri tidak untuk diperjual belikan.

Senjata
Senjata adalah merupakan salah satu seni dari suku suku yang ada di Indonesia. Adapun senjata yang masih ada di dusun ini ialah
1.      parang
parang sering dibawa untuk pergi berburu maupun pergi berladang. Di setiap parang terdapat anak parang ( lungok ) yang terselip di sarung parang. Fungsi lungok adalah sebagai pisau belati yang siap mengkuliti hasil buruan.

2.      Mandau
3.      Keris
4.      Sumpit
5.      Tombak


-          Mengupas jejak badak Kalimantan di perbukitan dusun silit   -
Menurut cerita warga pada jaman dahulu khususnya sebelum  tahun 1975 nenek moyang mereka masih sering menjumpai badak Kalimantan ini. Namun pada saat 1975 badak ini sudah sulit dijumpai atau hilang  hanya  meninggalkan bekas bekas jejak badak saja . Adanya badak Kalimantan ini di perkuatkan oleh bukti bukti jejek badak serta tulang belulang yang masih dijaga oleh masyarakat dusun silit, juga terdapat pula jejak jejak badak yang menyerupai parit parit bekas badak berjalan.
Badak pada saat itu masih banyak dijumpai sehingga memungkinkan untuk masyarakat memburunya. Ada ritual atau cara khusus jika mendapatkan buruan seekor badak. Setelah tertembak  mati badak tidak langsung dibawa pulang namun tubuh badak harus ditindih kayu baru kemudian ditinggalkan sejenak . Pemburu kembali kedusun dan memanggil seorang saudaranya untuk membantunya membawa hasil buruannya. kemudian baru dibawa pulang . Tulang belulang badak ini harus dibagikan kepada sanak saudara si pemburu.
Menurut cerita masyarakat badak ini memakan buah-Buahan serta dedaunan muda. Konon badak Kalimantan ini adalah badak goib dimana yang menjumpainya hanya orang-orang tertentu saja. Konon kepercayaan penduduk setempat darah badak menstruasi dapat  menyembukan penyakit penyakit. Namun hal itu tergantung kepada diri sendiri mempercayanya  atau tidak.
– Sumber Informasi Warga Dusun Silit -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar