Peta Kawasan Hutan Wisata Baning Sintang
A. Sejarah Penunjukan Kawasan
Penunjukan kawasan ini pertama kali adalah sebagai
Hutan Lindung dengan luas 315 Ha, yaitu
berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sintang No. EKON
07/AA-II/1975 tanggal 1 Juni 1975, tentang penutupan jalan Baning dan jalan
Kelam sejauh 2 km. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
No. 129/Kpts-II/1990 kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan Hutaan Wisata
dengan luas 315 Ha. Dengan banyaknya penyerobotan lahan maka berdasarkan hasil
rekontruksi tatabatas tahun 1992 yang dilakukan oleh Sub BIPHUT Sintang dengan
Sub Seksi KSDA Sintang, luas kawasan Hutan Wisata Baning berubah menjadi 213
Ha.
B. Letak Kawasan
Taman Wisata Alam Baning merupakan suatu kawasan
pelestarian alam yang terletak di pusat kota Sintang. Secara administrasi
pemerintah masuk wilayah Kabupaten Sintang. Batas Hutan Wisata Baning jika
dilihat dari pembagian wilayah adalah sebagai berikut:
1.
Sebelah Utara
berbatasan dengan Kelurahan Tanjungpuri Kecamatan Sintang.
2.
Sebelah Selatan
berbatasan dengan Sungai Ana
3.
Sebelah Timur
Berbatasan dengan Kelurahan Kapuas Kanan Hulu Kecamatan Sintang,
4.
Sebelah Barat
berbatasan dengan Desa Terentung Kecamatan Sintang.
C. Keadaan Fisik Kawasan
Kawasan ini mempunyai topografi datar dengan tipe
ekosistem Hutan rawa gambut yang selalu tergenang hampir sepanjang sepanjang
tahun. Keberadaan kawasan selain untuk pelestarian jenis tumbuhan dan
ekosistemnya juga diharapkan dapat berperan sebagai paru-paru kota Sintang
Menurut Schmidt & Ferguson wilayah ini masuk dalam klasifikasi tipe iklim A
dengan curah hujan yang tinggi. Potensi wilayah ini antara lain berbagai jenis
flora dan faunanya yang menarik, lokasi wilayahnya yang khas dan mempunyai
potensi sebagai ajang wisata alam melihat lokasinya yang dekat dengan kota
Sintang.
D. Potensi Flora-Fauna
Di TWA Baning terdapat jenis mamalia kelasi (Prebytis rubicund), trenggiling (Manis javanica), beberapa jenis tupai
dan jenis burung. Untuk jenis flora, TWA Baning memiliki beberapa jenis pohon
lindung, antara lain : Ramin (Gonystylus
bacanus), Jelutung (Dyera Costulata)
dan terdapat 5 jenis Kantong Semar (Nepenthes
spp).
Kantong Semar (Nepenthes spp).
E. Permasalahan dan Isu strategis di TWA Baning
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis masalah
serta isu-isu strategis dalam pengelolaan kawasan yang dilakukan di TWA Baning,
maka ditemukan berbagai permasalahan pokok dlam pengelolaannya, antara lain:
1.
Penetapan
Kawasan
2.
Konservasi
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya
3.
Perlindungan
kawasan
4.
Peran masyarakat
dalam pengelolaan kawasan
5.
Penguatan
Kelembagaan
6.
Pemanfaatan
wisata alam
7.
Penanggulangan
kebakaran
8.
Koordinasi
lintas sektoral dan sosialisasi fungsi
9.
Kemitraan dan
kolaboratif
10. Tumpang tindih kegiatan pembangunan dalam kawasan
Dari kesepuluh permasalahan yang terinventarisasi,
terdapat beberapa isu strategis yang akan menjadi prioritas penanganan dalam 20
tahun kedepan yaitu pengembangan wisata, rehabilitasi lahan gambut yang rusak,
kebakaran hutan, pengendalian species invansif, dan penyelesaian konflik
peruntukan lahan.
F. Visi dan Misi Pengelolaan
Dalam proses penyusunan RPJP TWA Baning
2011-2030,para pihak telah menetapkan visi dan misi yaitu:
VISI:
“Terwujudnya pelestarian ekosistem rawa gambut bagi
pengembangan pariwisata alam di TWA Baning melalui pengelolaan multipihak”
MISI:
1.
Memantapkan
penataan kawasan TWA Baning
2. Meningkatkan
kesadaran masyarakat kota Sintang tentang pentingnya TWA Baning dari nilai
ekologis, edukasi, estetika dan ekonomi
3.
Mengembangkan
kemitraan dengan para pihak
4.
Memantapkan
kelembagaan pengelolaan TWA Baning
5. Meningkatkan
kualitas keanekaragaman hayati dan ekosistem rawa gambut untuk mengoptimalkan
fungsi lindung dan wisata.
6. Mengembangkan
pemanfaatan wisata alam,ilmu pengetahuan, pendidikan dan budaya untuk mendukung
pembangunan daerah Kabupaten Sintang dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
G. Analisis Swot
Penyusunan RPJM TWA. Baning memerlukan pengkajian
terhadap rencana yang memiliki nilai penting dengan menganalisa factor internal
maupun eksternal (analisis swot). Faktor internal merupakan faktor-faktor yang
berasal dari dalam (kekuatan dan kelemahan), sedangkan faktor eksternal
merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar (peluang dan ancaman). Dengan
mengunakan metode analisis SWOT, pendekatan yang dilakukan adalah dengan
memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Oportunity) serta meminimalkan
kelemahan (Weakness) dan menghindari ancaman.
Di TWA Baning, kekuatan yang dimiliki antara lain:
memiliki status kawasan yang jelas, memiliki fungsi resapan air, aksesibilitas
mudah dan lain-lain, sedangkan kelemahannya antara lain: sarana dan prasarana
belum memadai, data potensi kawasan belum lengkap, pembangunan wisata belum
terintegrasi baik dan lain-lain. Peluang yang dapat dimanfaatkan antara lain:
dukungan para pihak dan pangsa pasar domestic yang cukup menjanjikan, sedangkan
ancamannya antara lain kebakaran hutan dan species invasive.
H. Rencana Program dan Kegiatan
Rencana program dan kegiatan secara garis besar
terdiri dari 6 (enam) program utama, Yaitu:
1)
Penataan Kawasan
2)
Peningkatan kesadaran masyarakat
3)
Pengembangan
kemitraan
4)
Pemantapan
kelembagaan
5)
Perlindungan dan
pengamanan kawasan
6)
Pengembangan
pemanfaatan wisata alam, ilmu pengetahuan, pendidikan dan budaya.
Dalam penetapan kegiatan, maka RPJP ini dibagi
menjadi 4 bagian Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (RPJM), yaitu 1) RPJM I (2011-2015) yang menitikberatkan pada
penetapan kawasan dan penyelesaian konflik peruntukan lahan, 2) RPJM II
(2016-2020) yang menitikberatkan pada program pemantapan kelembagaan dan
program perlindungan dan pengamanan kawasan serta peningkatan kemitraan, 3)
RPJM III (2021-2025) yang menitikberatkan pada peningkatan kesadaran
masyarakat, dan 4) RPJM IV (2026-2030) yang menitiberatkan pada pengembangan
pemanfaatan wisata alam, ilmu pengetahuan pendidikan dan budaya. Pada akhirnya,
rencana ini memerlukan komitmen semua pihak untuk mewujudkan visi yang
ditetapkan.