Nepenthes Clipeata
Sebagai salah satu species paling langka
dan paling tidak biasa dalam genus, Nepenthes
clipeata selalu menarik banyak perhatian dari
kedua ahli botani dan kolektor tanaman. Danser, yang menerbitkan spesies pada
tahun 1928, menggambarkannya sebagai "salah satu yang paling spesies
menyimpang dan mencolok dari genus nya ", dan menamakannya yang luar biasa
hampir bundar daun. Nepenthes clipeata pertama
kali dikumpulkan pada tahun 1894 oleh Johann Hallier pada Bukit terisolasi,
Bukit Kelam ("Bukit Gelap"), ditemukan di bagian Hulu Sungai Kapuas
pastinya di Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang propinsi Kalimantan Barat.
Bukit Kelam sebenarnya terdiri dari kubah granit tunggal beku, yang memiliki
ketinggian 990 mdpl.
Nepenthes clipeata jenis
kantong semar yang memiliki keunikan yang khas dan tidak dimiliki oleh
jenis-jenis kantong semar lainnya di Indonesia. Bentuk Kantongnya pada bagian
atas menyerupai corong sedangkan pada bagian bawah berbentuk seperti bola.
Tidak hanya itu, daunnya pun lebih lebar dan membulat, tidak seperti daun
kantong semar pada umumnya. Keunikan lainnya dari Nepenthes
clipeata adalah sifat endemisitasnya yang
tinggi.
Habitat alami Nepenthes clipeata
hanya terdapat di Bukit Kelam, Sintang, Kalimantan Barat. Upaya pencarian
populasi baru Nepenthes clipeata di
luar Bukit Kelam pernah dilakukan. Namun sampai saat ini populasi lain diluar
Bukit Kelam belum juga ditemukan. Selain itu, Nepenthes clipeata tidak
tumbuh ditanah, Lumut, serasah dan sisa-sisa tumbuhan lainnya yang terdapat
dibagian tertentu dari Bukit Kelam merupakan tempat tumbuh bagi kantong semar
ini. Ketebalan tempat tumbuh Nepenthes clipeata berkisar
antara 5-10 cm. Paling tidak ada empat jenis lumut yang menyediakan tempat
tumbuh bagi Nepenthes clipeata. Sphagnum
sp adalah salah satu jenis yang dominan sebagai tempat tumbuh Nepenthes
clipeata. Keempat jenis lumut tersebut, khususnya
Sphagnum sp, memilikiperan yang sangat penting bagi kehidupan Nepenthes
clipeata, lumut-lumut tersebut juga menjaga
ketersediaan air dan nutrient melalui proses penyerapan dan penyimpana
Status
Konservasi Nepenthes Clipeata
Berdasarkan Undang Undang Nomor 5 Tahun
1990 dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun1999, Nepenthes
clipeata termasukjenis tumbuhan yang
dilindungi. Penetapan status dilindungi ini karena beberapa karakteristik Nepenthes
clipeata telamemenuhi criteria untuk
digolongkan sebagai tumbuhan dilindungi. Populasi yang kecil,laju penurunan
populasi yang tinggi, dan daerah
penyebaran yang sangat terbatas adalah tiga criteria yang membuat Nepenthes
clipeata layak untuk berstatus “dilindungi”.
The
Internasional Union for the Conservation of Nature, sebuah lembaga
internasional yang menangani konservasi alam, memasukkan Nepenthes
clipeata dalam daftar Merah (Redlist)-nya
sebagai tumbuhan yang berstatus terancam punah (critically endangered). Situasi
ini didasari oleh fakta dilapangan yang menunjukkan bahwa populasi kantong
semar ini kecil dengan penyebaran yang sangat terbatas, dan rentan terhadap
ancaman dan tekanan, seperti : pengambilan/pemungutan di alam dan kebakaran
hutan.
Nepenthes
clipeata termasuk jenis yang paling terancam
punah di Pulau Borneo. Sayangnya, upaya konservasi ini masih tergolong rendah
dan belum cukup untuk melindungi kantong semar ini dari baying-bayang
kepunahan. Ini terbukti dari semakin sulitnya menjumpai Nepenthes
clipeata di habitat alaminya. Tidak hanya
itu, Nepenthes clipeata selama
ini hanya dinilai dari nilai ekonomisnya belaka sedangkan nilai-nilai
konservasinya belum mendapat perhatian yang layak. Usaha budidaya jenis kantong
semar ini masih belum maksimal dan selama ini masih mengandalkan pengembilan
atau pemungutan tidak sah di alam untuk memenuhi pasokan kebutuhan tanaman hias
baik ditingkat local maupun regional.
DAMPAK DARI
KEHILANGAN HABITAT
Meskipun curah hujan tahunan yang tinggi,
hutan Kalimantan tunduk pada kebakaran periodik, yang paling menjadi bencana
yang biasanya bertepatan dengan El Niño peristiwa iklim. Habitat berbatu sangat
rentan terhadap kerusakan akibat kebakaran karena cepat mengalami drainase
(MacKinnon, et al.., 1996).
Pada tahun 1982 dan 1983, kebakaran meluas
di Kalimantan, terkait dengan kekeringan yang berkepanjangan, dan merusakan
kawasan-kawasan hutan dataran rendah. Meskipun
tidak ada laporan khusus dari kebakaran ini yang mencapai Bukit Kelam,
kebakaran ini tampaknya bertepatan dengan kerusakan yang diamati di Bukit Kelam
di beberapa tahun kemudian. Sebelum kebakaran tanaman, Nepenthes clipeata mudah
diamati dan tumbuh di wajah batu terbuka di atas jangkauan, seperti dicatat
baik oleh Hallier pada tahun 1894 dan pengamat lain di tahun 1980-an. Faktor
kebakaran ini menghancurkan sebagian besar hutan di sepanjang sisi-sisi jalan
puncak Bukit Kelam semua tanaman Nepenthes clipeata disapu
bersih. Peristiwa El Nino tahun 1997 dan 1998 dengan beberapa bulan tidak ada
hujan, menghasilkan kebakaran di seluruh pulau Kalimantan. Kali ini
kebakaran, mungkin diprakarsai oleh berkemah di gunung atau memang terbakar
secara alami akibat dari teriknya panas matahari. Kebakaran menyapu seluruh
dataran tinggi puncak dan sisi timur, sehingga menghancurkan sebagian besar habitat
utuh yang tersisa. Pada akhir tahun 1998,
kunjungan ke Bukit Kelam mengungkapkan sejauh menghancurkan hutan dari
kerusakan kebakaran juga menghilangkan kumpulan terbesar yang diketahui sepetak tanaman
Nepenthes clipeata, sehingga
yang tersisa hanyalah jumlah kecil tanaman Nepenthes clipeata masih
tumbuh dan beberapa sisa vegetasi terbakar di tepi curam puncak tebing (pers.
obs.).
DAMPAK DARI
KOLEKTOR
Meskipun Nepenthes telah
subyek hortikultura populer selama lebih dari satu abad, ada beberapa kasus di
mana spesies telah hampir habis dalam habitat alam liarnya semata-mata karena
perburuan. Hal ini sebagian disebabkan
oleh kenyataan bahwa varietas yang paling rentan (endemik umumnya pegunungan),
terjadi di daerah terpencil atau daerah tidak dapat diakses, dan juga sulit transportasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar