Kamis, 14 November 2013

Taman Wisata Alam (TWA) Baning Sintang

                                                        Peta Kawasan Hutan Wisata Baning Sintang

A.    Sejarah Penunjukan Kawasan
Penunjukan kawasan ini pertama kali adalah sebagai Hutan  Lindung dengan luas 315 Ha, yaitu berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sintang No. EKON 07/AA-II/1975 tanggal 1 Juni 1975, tentang penutupan jalan Baning dan jalan Kelam sejauh 2 km. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 129/Kpts-II/1990 kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan Hutaan Wisata dengan luas 315 Ha. Dengan banyaknya penyerobotan lahan maka berdasarkan hasil rekontruksi tatabatas tahun 1992 yang dilakukan oleh Sub BIPHUT Sintang dengan Sub Seksi KSDA Sintang, luas kawasan Hutan Wisata Baning berubah menjadi 213 Ha.

B.     Letak Kawasan
Taman Wisata Alam Baning merupakan suatu kawasan pelestarian alam yang terletak di pusat kota Sintang. Secara administrasi pemerintah masuk wilayah Kabupaten Sintang. Batas Hutan Wisata Baning jika dilihat dari pembagian wilayah adalah sebagai berikut:
1.      Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjungpuri Kecamatan Sintang.
2.      Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Ana
3.      Sebelah Timur Berbatasan dengan Kelurahan Kapuas Kanan Hulu Kecamatan Sintang,
4.      Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Terentung Kecamatan Sintang.

C.     Keadaan Fisik Kawasan
Kawasan ini mempunyai topografi datar dengan tipe ekosistem Hutan rawa gambut yang selalu tergenang hampir sepanjang sepanjang tahun. Keberadaan kawasan selain untuk pelestarian jenis tumbuhan dan ekosistemnya juga diharapkan dapat berperan sebagai paru-paru kota Sintang Menurut Schmidt & Ferguson wilayah ini masuk dalam klasifikasi tipe iklim A dengan curah hujan yang tinggi. Potensi wilayah ini antara lain berbagai jenis flora dan faunanya yang menarik, lokasi wilayahnya yang khas dan mempunyai potensi sebagai ajang wisata alam melihat lokasinya yang dekat dengan kota Sintang.




D.    Potensi Flora-Fauna
Di TWA Baning terdapat jenis mamalia kelasi (Prebytis rubicund), trenggiling (Manis javanica), beberapa jenis tupai dan jenis burung. Untuk jenis flora, TWA Baning memiliki beberapa jenis pohon lindung, antara lain : Ramin (Gonystylus bacanus), Jelutung (Dyera Costulata) dan terdapat 5 jenis Kantong Semar (Nepenthes spp).

                                                              kelasi (Prebytis rubicund)

                                                         Kantong Semar (Nepenthes spp).

                                                             trenggiling (Manis javanica)

                                                              Jelutung (Dyera Costulata)




E.     Permasalahan dan Isu strategis di TWA Baning
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis masalah serta isu-isu strategis dalam pengelolaan kawasan yang dilakukan di TWA Baning, maka ditemukan berbagai permasalahan pokok dlam pengelolaannya, antara lain:
1.      Penetapan Kawasan
2.      Konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya
3.      Perlindungan kawasan
4.      Peran masyarakat dalam pengelolaan kawasan
5.      Penguatan Kelembagaan
6.      Pemanfaatan wisata alam
7.      Penanggulangan kebakaran
8.      Koordinasi lintas sektoral dan sosialisasi fungsi
9.      Kemitraan dan kolaboratif
10.  Tumpang tindih kegiatan pembangunan dalam kawasan
Dari kesepuluh permasalahan yang terinventarisasi, terdapat beberapa isu strategis yang akan menjadi prioritas penanganan dalam 20 tahun kedepan yaitu pengembangan wisata, rehabilitasi lahan gambut yang rusak, kebakaran hutan, pengendalian species invansif, dan penyelesaian konflik peruntukan lahan.

F.      Visi dan Misi Pengelolaan
Dalam proses penyusunan RPJP TWA Baning 2011-2030,para pihak telah menetapkan visi dan misi yaitu:
VISI:
“Terwujudnya pelestarian ekosistem rawa gambut bagi pengembangan pariwisata alam di TWA Baning melalui pengelolaan multipihak”
MISI:
1.      Memantapkan penataan kawasan TWA Baning
2.   Meningkatkan kesadaran masyarakat kota Sintang tentang pentingnya TWA Baning dari nilai ekologis, edukasi, estetika dan ekonomi
3.      Mengembangkan kemitraan dengan para pihak
4.      Memantapkan kelembagaan pengelolaan TWA Baning
5. Meningkatkan kualitas keanekaragaman hayati dan ekosistem rawa gambut untuk mengoptimalkan fungsi lindung dan wisata.
6.  Mengembangkan pemanfaatan wisata alam,ilmu pengetahuan, pendidikan dan budaya untuk mendukung pembangunan daerah Kabupaten Sintang dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

G.    Analisis Swot
Penyusunan RPJM TWA. Baning memerlukan pengkajian terhadap rencana yang memiliki nilai penting dengan menganalisa factor internal maupun eksternal (analisis swot). Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam (kekuatan dan kelemahan), sedangkan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar (peluang dan ancaman). Dengan mengunakan metode analisis SWOT, pendekatan yang dilakukan adalah dengan memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Oportunity) serta meminimalkan kelemahan (Weakness) dan menghindari ancaman.
Di TWA Baning, kekuatan yang dimiliki antara lain: memiliki status kawasan yang jelas, memiliki fungsi resapan air, aksesibilitas mudah dan lain-lain, sedangkan kelemahannya antara lain: sarana dan prasarana belum memadai, data potensi kawasan belum lengkap, pembangunan wisata belum terintegrasi baik dan lain-lain. Peluang yang dapat dimanfaatkan antara lain: dukungan para pihak dan pangsa pasar domestic yang cukup menjanjikan, sedangkan ancamannya antara lain kebakaran hutan dan species invasive.

H.    Rencana Program dan Kegiatan
Rencana program dan kegiatan secara garis besar terdiri dari 6 (enam) program utama, Yaitu:
1)      Penataan Kawasan
2)      Peningkatan  kesadaran masyarakat
3)      Pengembangan kemitraan
4)      Pemantapan kelembagaan
5)      Perlindungan dan pengamanan kawasan
6)      Pengembangan pemanfaatan wisata alam, ilmu pengetahuan, pendidikan dan budaya.


Dalam penetapan kegiatan, maka RPJP ini dibagi menjadi 4 bagian Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (RPJM), yaitu 1)  RPJM I (2011-2015) yang menitikberatkan pada penetapan kawasan dan penyelesaian konflik peruntukan lahan, 2) RPJM II (2016-2020) yang menitikberatkan pada program pemantapan kelembagaan dan program perlindungan dan pengamanan kawasan serta peningkatan kemitraan, 3) RPJM III (2021-2025) yang menitikberatkan pada peningkatan kesadaran masyarakat, dan 4) RPJM IV (2026-2030) yang menitiberatkan pada pengembangan pemanfaatan wisata alam, ilmu pengetahuan pendidikan dan budaya. Pada akhirnya, rencana ini memerlukan komitmen semua pihak untuk mewujudkan visi yang ditetapkan.

Hutan semakin Berkurang, Orang utan Bernasib Malang

                                                           Pongo pygmaeus pygmaeus

Kalimantan Barat memiliki potensi keanekaragaman species yang tinggi baik flora maupun fauna. Keberadaan keanekaragaman species memang penting untuk menjadi perhatian kita bersama. Penurunan tingkat keanekaragaman species disuatu wilayah berarti penurunan kekayaan hayati yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Permasalahan utama dalam perlindungan keanekaragaman hayati adalah terbatasnya tenaga dan pendanaan. Dan untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Kehutanan dalam hal ini Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, menetapkan 14 species terancam punah yang dijadikan species prioritas utama untuk peningkatan populasi 3% pada tahun 2010-2014 melalui Keputusan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor SK. 132/ IV-KKH/2011 yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 Juli 2011. Penetapan species prioritas utama tersebut dipilih dengan beberapa criteria, seperti regulasi (status konservasi), ketersediaan strategi dan rencana aksi konservasi, kemungkinan/feasibility untuk berkembang, ketersediaan baseline data 2008 atau 2011, keterwakilan regional, serta komitmen atau dukungan dari internasional/stakeholder. Khusus untuk Kalimantan Barat species prioritas utama untuk peningkatan.

Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus pygmaeus)



Mungkin tidak asing lagi bagi kita, ketika berbicara mengenai Orangutan Kalimantan. Ya, primate yang memiliki nama ilmiah Pongo pygmaeus ini memang banyak dibicarakan oleh para pemerhati baik ditingkat nasional maupun internasional. Satu-satunya kera besar yang hidup di Asia ini memang menjadi sorotan dunia, karena lokasi habitatnya yang terbatas, yaitu hanya terdapat di pulau Kalimantan. Khusus untuk Pongo pygmaeus pygmaeus, ternyata tingkat keterancaman untuk punah paling tinggi dibandingkan dengan subspecies Orang utan Kalimantan lainnya yaitu pongo pygmaeus wurmbii dan pongo pygmaesu morio. Populasi subspecies Orangutan Pongo pygmaeus pygmaeus diperkirakan berjumlah antara 3,000 – 4,500 individu di bagian barat daya pulau Kalimantan, baik di Indonesia maupun di Negara bagian Sarawak, Malaysia. Di Indonesia populasi sub species Orangutan ini ditemukan di Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) dan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS), sementara dinegara bagian Sarawak  ditemukan di Batang Ai National Park (BANP) dan Lanjak Entimau Wildlife Sanctuary (LEWS).Menurut Wich, S.A (2008) jumlah populasi Orangutan sub species Pongo pygmaeus pygmaeus di TNBK diperkirakan antara 1,330 - 2,000 individu, sementara di TNDS jumlah populasinya diperkirakan antara 500 – 1,090 individu. Jumlah populasi di TNDS diperkirakan akan menurun karena sebagian besar hutan disekitar TNDS yang merupakan habitat Orangutan terancam dikonversi untuk perkebunan kelapa sawit.
Pongo pygmaeus pygmaeus merupakan plagship species sehingga dengan kita lindungi habitatnya maka semua jenis flora dan fauna yang terdapat didalamnya dapat ikut terlindungi juga. Selain itu, Orangutan berperan penting dalam keseimbangan ekosistem. Beberapa peranan utama Orangutan dalam suatu ekosistem adalah :
Ø  Menjaga keseimbangan ekosistem dengan memencarkan biji-biji dari tumbuhan yang dikonsumsinya
Ø  Orangutan merupakan satwa arboreal yang berukuran besar, dan memiliki daerah jelajah luas, serta masa hidup yang panjang, sehingga berperan penting dalam pemencaran biji.
Ø  Ketidakhadiran Orangutan dihutan hujan tropis dapat mengakibatkan kepunahan suatu jenis tumbuhan yang penyebarannya tergantung oleh primata itu.
Berdasarkan data IUCN Red Data Book of Endangered Species (2008) status konservasi Orangutan Kalimantan adalah Endangered dan berdasarkan CITES, Orangutan Kalimantan dikelompokkan dalam Appendix I. Di Indonesia, status perlindungannya dilindungi dalam Peraturan Perlindungan Binatang Liar 1931 dan Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1999.

Pada Pasal 21 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, disebutkan bahwa setiap orang dilarang untuk menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa dan bagian-bagiannya yang dilindungi dalam keadaan hidup atau mati.

Banyak factor sebenarnya yang mengakibatkan semakin berkurangnya populasi Orangutan Kalimantan diantaranya yaitu :
-          Semakin banyak dan meluasnya peralihan fungsi hutan alam di Kalimantan yang dijadikan sebagai lahan konversi perkebunan kelapa sawit sehingga membuat habitat Orangutan semakin sempit.
-          Banyaknya penangkapan atau perburuan  illegal yang dilakukan oleh masyarakan baik untuk dipelihara maupun diperdagangkan.
-          Keterbatasan sumber makan karena semakin rusak dan musnahnya hutan Kalimantan mengakibatkan sebagian diantara populasi Orangutan Kalimantan mengalami kematian.
-          Kurangnya control dari pemerintah pusat ditambah lagi lemahnya daya dukung pemerintah Daerah dalam menjalankan program konservasi khususnya untuk habitat serta populasi Orangutan Kalimantan Pongo pygmaeus pygmaeus.
Dari beberapa factor diatas yang terjadi saat ini di alam membuat nasib keberadaan populasi Orangutan dari tahun ketahun cenderung mengalami penurunan. Jika tidak ada perhatian khusus  kepada mereka, akankah anak cucu kita kelak dapat melihat atau menemukan species ini lagi di alam ?

Apa yang kita lakukan di masa sekarang, akan menentukan seperti apa masa yang akan datang. 

Si cantik dari Bukit Kelam yang terancam punah

Nepenthes Clipeata

Sebagai salah satu species paling langka dan paling tidak biasa dalam genus, Nepenthes clipeata selalu menarik banyak perhatian dari kedua ahli botani dan kolektor tanaman. Danser, yang menerbitkan spesies pada tahun 1928, menggambarkannya sebagai "salah satu yang paling spesies menyimpang dan mencolok dari genus nya ", dan menamakannya yang luar biasa hampir bundar daun. Nepenthes clipeata pertama kali dikumpulkan pada tahun 1894 oleh Johann Hallier pada Bukit terisolasi, Bukit Kelam ("Bukit Gelap"), ditemukan di bagian Hulu Sungai Kapuas pastinya di Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang propinsi Kalimantan Barat. Bukit Kelam sebenarnya terdiri dari kubah granit tunggal beku, yang memiliki ketinggian 990 mdpl. 

Nepenthes clipeata jenis kantong semar yang memiliki keunikan yang khas dan tidak dimiliki oleh jenis-jenis kantong semar lainnya di Indonesia. Bentuk Kantongnya pada bagian atas menyerupai corong sedangkan pada bagian bawah berbentuk seperti bola. Tidak hanya itu, daunnya pun lebih lebar dan membulat, tidak seperti daun kantong semar pada umumnya. Keunikan lainnya dari Nepenthes clipeata adalah sifat endemisitasnya yang tinggi. 

Habitat alami Nepenthes clipeata  hanya terdapat di Bukit Kelam, Sintang, Kalimantan Barat. Upaya pencarian populasi baru Nepenthes clipeata di luar Bukit Kelam pernah dilakukan. Namun sampai saat ini populasi lain diluar Bukit Kelam belum juga ditemukan. Selain itu, Nepenthes clipeata tidak tumbuh ditanah, Lumut, serasah dan sisa-sisa tumbuhan lainnya yang terdapat dibagian tertentu dari Bukit Kelam merupakan tempat tumbuh bagi kantong semar ini. Ketebalan tempat tumbuh Nepenthes clipeata berkisar antara 5-10 cm. Paling tidak ada empat jenis lumut yang menyediakan tempat tumbuh bagi Nepenthes clipeata. Sphagnum sp adalah salah satu jenis yang dominan sebagai tempat tumbuh Nepenthes clipeata. Keempat jenis lumut tersebut, khususnya Sphagnum sp, memilikiperan yang sangat penting bagi kehidupan Nepenthes clipeata, lumut-lumut tersebut juga menjaga ketersediaan air dan nutrient melalui proses penyerapan dan penyimpana



Status Konservasi Nepenthes Clipeata

Berdasarkan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun1999, Nepenthes clipeata termasukjenis tumbuhan yang dilindungi. Penetapan status dilindungi ini karena beberapa karakteristik Nepenthes clipeata telamemenuhi criteria untuk digolongkan sebagai tumbuhan dilindungi. Populasi yang kecil,laju penurunan populasi yang  tinggi, dan daerah penyebaran yang sangat terbatas adalah tiga criteria yang membuat Nepenthes clipeata  layak untuk berstatus “dilindungi”.

The Internasional Union for the Conservation of Nature, sebuah lembaga internasional yang menangani konservasi alam, memasukkan Nepenthes clipeata dalam daftar Merah (Redlist)-nya sebagai tumbuhan yang berstatus terancam punah (critically endangered). Situasi ini didasari oleh fakta dilapangan yang menunjukkan bahwa populasi kantong semar ini kecil dengan penyebaran yang sangat terbatas, dan rentan terhadap ancaman dan tekanan, seperti : pengambilan/pemungutan di alam dan kebakaran hutan.
Nepenthes clipeata termasuk jenis yang paling terancam punah di Pulau Borneo. Sayangnya, upaya konservasi ini masih tergolong rendah dan belum cukup untuk melindungi kantong semar ini dari baying-bayang kepunahan. Ini terbukti dari semakin sulitnya menjumpai Nepenthes clipeata di habitat alaminya. Tidak hanya itu, Nepenthes clipeata selama ini hanya dinilai dari nilai ekonomisnya belaka sedangkan nilai-nilai konservasinya belum mendapat perhatian yang layak. Usaha budidaya jenis kantong semar ini masih belum maksimal dan selama ini masih mengandalkan pengembilan atau pemungutan tidak sah di alam untuk memenuhi pasokan kebutuhan tanaman hias baik ditingkat local maupun regional.


DAMPAK DARI KEHILANGAN HABITAT

Meskipun curah hujan tahunan yang tinggi, hutan Kalimantan tunduk pada kebakaran periodik, yang paling menjadi bencana yang biasanya bertepatan dengan El Niño peristiwa iklim. Habitat berbatu sangat rentan terhadap kerusakan akibat kebakaran karena cepat mengalami drainase (MacKinnon, et al.., 1996).
Pada tahun 1982 dan 1983, kebakaran meluas di Kalimantan, terkait dengan kekeringan yang berkepanjangan, dan merusakan kawasan-kawasan hutan dataran rendah. Meskipun tidak ada laporan khusus dari kebakaran ini yang mencapai Bukit Kelam, kebakaran ini tampaknya bertepatan dengan kerusakan yang diamati di Bukit Kelam di beberapa tahun kemudian. Sebelum kebakaran tanaman, Nepenthes clipeata mudah diamati dan tumbuh di wajah batu terbuka di atas jangkauan, seperti dicatat baik oleh Hallier pada tahun 1894 dan pengamat lain di tahun 1980-an. Faktor kebakaran ini menghancurkan sebagian besar hutan di sepanjang sisi-sisi jalan puncak Bukit Kelam semua tanaman Nepenthes clipeata disapu bersih. Peristiwa El Nino tahun 1997 dan 1998 dengan beberapa bulan tidak ada hujan, menghasilkan kebakaran di seluruh pulau Kalimantan. Kali ini kebakaran, mungkin diprakarsai oleh berkemah di gunung atau memang terbakar secara alami akibat dari teriknya panas matahari. Kebakaran menyapu seluruh dataran tinggi puncak dan sisi timur, sehingga menghancurkan sebagian besar habitat utuh yang tersisa. Pada akhir tahun 1998, kunjungan ke Bukit Kelam mengungkapkan sejauh menghancurkan hutan dari kerusakan kebakaran juga menghilangkan kumpulan terbesar yang diketahui sepetak tanaman Nepenthes clipeata, sehingga yang tersisa hanyalah jumlah kecil tanaman Nepenthes clipeata masih tumbuh dan beberapa sisa vegetasi terbakar di tepi curam puncak tebing (pers. obs.).


DAMPAK DARI KOLEKTOR

Meskipun Nepenthes telah subyek hortikultura populer selama lebih dari satu abad, ada beberapa kasus di mana spesies telah hampir habis dalam habitat alam liarnya semata-mata karena perburuan. Hal ini sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa varietas yang paling rentan (endemik umumnya pegunungan), terjadi di daerah terpencil atau daerah tidak dapat diakses, dan juga sulit transportasi.

Kantong Semar

Apa itu Kantong Semar ?



Kantong semar (Nepenthes spp) atau biasa masyarakat lokal khususnya di Kalimantan Barat menyebutnya dengan nama Entuyut/Antuyut. Penampilan kelompok tumbuhan ini unik dan tidak biasa. Keberadaan organ berbentuk kantong merupakan salah satu ciri yang paling menonjol dari tumbuhan ini. Organ berbentuk kantong itu sebenarnya merupakan modifikasi dari daun. Kantong tersebut mampu menjebak dan mencerna jenis-jenis hewan tertentu yang jatuh kedalam kantong. Serangga termasuk jenis-jenis hewan yang umum menjadi santapan si kantong semar. Karena sifatnya yang demikian itu, kantong semar memperoleh julukan sebagai tumbuhan  karnivora atau tumbuhan buas.


Kantong semar dapat dijumpai di berbagai tipe habitat, seperti hutan hujan dataran rendah, hutan kerangas, hutan rawa ganbut dan hutan pegunungan. Jenis-jenis tertentu mampu tumbuh pada habitat dengan kondisi lingkungan yang tidak umum, seperti dinding-dinding bukit. Nepenthes Clipeata termasuk salah satu contoh jenis kantong semar yang mampu hidup pada kondisi lingkungan tersebut.

Sejarah Singkat Organisasi KOMPASS SINTANG


Defenisi atau pengertian organisasi berikut menurut beberapa ahli sesuai konsep dasar teori dan pandangan perspektif mengenai organisasi: 

Organisasi Menurut Stoner "Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah   pengarahan manajer mengejar tujuan bersama"
Organisasi Menurut James D. Mooney "Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama" 
Organisasi Menurut Chester I. Bernard "Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih"

    Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sumber daya alam merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan, karena sumber daya alam adalah penunjang sumber kehidupan bagi seluruh mahluk hidup yang ada dimuka bumi ini. Untuk itu, keadaan ekosistem harus selalu tetap stabil dan terjaga dengan dikelola secara optimal sesuai berasaskan kelesarian dan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Generasi muda juga menjadi promotor dalam menunjang keberadaan  kelangsungan ekosistem, oleh sebab itu pendekatan diri dengan alam merupakan hal yang dapat menjadikan jati diri generasi muda sadar akan pentingnya arti sebuah kelestarian, karena mereka menjadi salah satu sektor penerus yang akan menentukan bertahan atau tidaknya kelangsungan ekosistem pada saat nantinya.

Pandangan singkat yang diuraikan diatas menjadi salah satu bagian dasar pemikiran dari beberapa generasi muda yang ada di Universitas Kapuas Sintang bersama-sama menyatukan arah pemikiran dengan satu tujuan yaitu menjaga kelestarian alam sesuai dengan azas kelestarian, sehingga terbentuklah sebuah organisasi yang bernama KOMPASS SINTANG yang singkatan dari kepanjangan Kelompok Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Kapuas (KOMPASS) Sintang.


Organisasi KOMPASS SINTANG merupakan organisasi intern Kampus yang ada di Universitas Kapuas Sintang, dimana organisasi ini terbentuk  pada tanggal 28 November 1998 bertempat dipuncak Bukit Kelam Kabupaten Sintang yang didirikan oleh Sembilan (9) orang mahasiswa yang menjadi pendiri dari organisasi KOMPASS di Universitas Kapuas Sintang dengan nama angkatan yaitu “Bunda Kelam”.

Yang mana nama-namanya terdiri dari :
1.
Benyamin Dermawan
Pendiri
KPS.98.001-BK
2.
Setya Simon
Pendiri
KPS.98.002-BK
3.
Wati Kamsuri
Pendiri
KPS.98.003-BK
4.
Albeltus
Pendiri
KPS.98.004-BK
5.
Paulus Jumadi (Alm)
Pendiri
KPS.98.005-BK
6.
Petrus Dermawan
Pendiri
KPS.98.006-BK
7.
Elvis Simanjuntak
Pendiri
KPS.98.007-BK
8.
Tri Yulia Komala S.
Pendiri
KPS.98.008-BK
9.
Amiri Syahyudi
Pendiri
KPS.98.009-BK



Seiring waktu yang semakin bergulir dari terbentuknya organisasi KOMPASS SINTANG pada tahun 1998 sampai saat ini, jumlah angkatan sudah ada XV (lima belas) angkatan dengan jumlah keanggotaan mencapai 95 orang. Dalam menjalankan keberlangsungan kehidupan Organisasi  Kelompok Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Kapuas (KOMPASS) Sintang juga telah melakukan beberapa kali pergantian pimpinan dan kepengurusan yang antara lain juga bertujuan sebagai penunjang berkembangnya keprofesionalan kerja regenerasi keanggotaan dalam menjalankan program-program yang ada diorganisasi, sehingga pengembangan jati diri dalam meningkatkan hard skill anggota dapat tercapai sesuai dengan maksud dan tujuan terbentuknya organisasi Kelompok Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Kapuas (KOMPASS) Sintang. Dan untuk saat ini organisasi Kelompok Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Kapuas (KOMPASS) Sintang dijalankan oleh pimpinan dan kepengurusan di periode 2016-2017.

Struktur Organisasi 
Kelompok Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Kapuas (KOMPASS) Sintang 
Periode 2016-2017


Pembina                          : Kaja S.Sos.,M.Si  (Pembantu Rektor III Universitas Kapuas Sintang)
Ketua Umum                   : Edi  Candra                    ( NA.KPS.14.082-PB )
Sekretaris                        : Riko Prasetyo                 ( NA.KPS.14.084-PB )
Bendahara                       : Chandra Handika            ( NA.KPS.14.080-PB )

DEVISI-DEVISI
Lingkungan Hidup      : Yakobus
                                    Heri purwanto
                                    Viona
                                    Abi Aripin
Diklat                         : Charles Pratama Apriliandi
                                    Riki Kurniawan
                                    Sefti Ramadan
Litbang                       : Ikwanto
                                    Natalia F Kurnia
Humas                        : Nikodimus
                                    Robil Hidayat
                                    Julia Ateri
Logistik                      : Andrian Purnomo
                                    Petrus
                                    Marko Emtuming
                                    Lilia Rosalina