Kamis, 14 November 2013

Si cantik dari Bukit Kelam yang terancam punah

Nepenthes Clipeata

Sebagai salah satu species paling langka dan paling tidak biasa dalam genus, Nepenthes clipeata selalu menarik banyak perhatian dari kedua ahli botani dan kolektor tanaman. Danser, yang menerbitkan spesies pada tahun 1928, menggambarkannya sebagai "salah satu yang paling spesies menyimpang dan mencolok dari genus nya ", dan menamakannya yang luar biasa hampir bundar daun. Nepenthes clipeata pertama kali dikumpulkan pada tahun 1894 oleh Johann Hallier pada Bukit terisolasi, Bukit Kelam ("Bukit Gelap"), ditemukan di bagian Hulu Sungai Kapuas pastinya di Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang propinsi Kalimantan Barat. Bukit Kelam sebenarnya terdiri dari kubah granit tunggal beku, yang memiliki ketinggian 990 mdpl. 

Nepenthes clipeata jenis kantong semar yang memiliki keunikan yang khas dan tidak dimiliki oleh jenis-jenis kantong semar lainnya di Indonesia. Bentuk Kantongnya pada bagian atas menyerupai corong sedangkan pada bagian bawah berbentuk seperti bola. Tidak hanya itu, daunnya pun lebih lebar dan membulat, tidak seperti daun kantong semar pada umumnya. Keunikan lainnya dari Nepenthes clipeata adalah sifat endemisitasnya yang tinggi. 

Habitat alami Nepenthes clipeata  hanya terdapat di Bukit Kelam, Sintang, Kalimantan Barat. Upaya pencarian populasi baru Nepenthes clipeata di luar Bukit Kelam pernah dilakukan. Namun sampai saat ini populasi lain diluar Bukit Kelam belum juga ditemukan. Selain itu, Nepenthes clipeata tidak tumbuh ditanah, Lumut, serasah dan sisa-sisa tumbuhan lainnya yang terdapat dibagian tertentu dari Bukit Kelam merupakan tempat tumbuh bagi kantong semar ini. Ketebalan tempat tumbuh Nepenthes clipeata berkisar antara 5-10 cm. Paling tidak ada empat jenis lumut yang menyediakan tempat tumbuh bagi Nepenthes clipeata. Sphagnum sp adalah salah satu jenis yang dominan sebagai tempat tumbuh Nepenthes clipeata. Keempat jenis lumut tersebut, khususnya Sphagnum sp, memilikiperan yang sangat penting bagi kehidupan Nepenthes clipeata, lumut-lumut tersebut juga menjaga ketersediaan air dan nutrient melalui proses penyerapan dan penyimpana



Status Konservasi Nepenthes Clipeata

Berdasarkan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun1999, Nepenthes clipeata termasukjenis tumbuhan yang dilindungi. Penetapan status dilindungi ini karena beberapa karakteristik Nepenthes clipeata telamemenuhi criteria untuk digolongkan sebagai tumbuhan dilindungi. Populasi yang kecil,laju penurunan populasi yang  tinggi, dan daerah penyebaran yang sangat terbatas adalah tiga criteria yang membuat Nepenthes clipeata  layak untuk berstatus “dilindungi”.

The Internasional Union for the Conservation of Nature, sebuah lembaga internasional yang menangani konservasi alam, memasukkan Nepenthes clipeata dalam daftar Merah (Redlist)-nya sebagai tumbuhan yang berstatus terancam punah (critically endangered). Situasi ini didasari oleh fakta dilapangan yang menunjukkan bahwa populasi kantong semar ini kecil dengan penyebaran yang sangat terbatas, dan rentan terhadap ancaman dan tekanan, seperti : pengambilan/pemungutan di alam dan kebakaran hutan.
Nepenthes clipeata termasuk jenis yang paling terancam punah di Pulau Borneo. Sayangnya, upaya konservasi ini masih tergolong rendah dan belum cukup untuk melindungi kantong semar ini dari baying-bayang kepunahan. Ini terbukti dari semakin sulitnya menjumpai Nepenthes clipeata di habitat alaminya. Tidak hanya itu, Nepenthes clipeata selama ini hanya dinilai dari nilai ekonomisnya belaka sedangkan nilai-nilai konservasinya belum mendapat perhatian yang layak. Usaha budidaya jenis kantong semar ini masih belum maksimal dan selama ini masih mengandalkan pengembilan atau pemungutan tidak sah di alam untuk memenuhi pasokan kebutuhan tanaman hias baik ditingkat local maupun regional.


DAMPAK DARI KEHILANGAN HABITAT

Meskipun curah hujan tahunan yang tinggi, hutan Kalimantan tunduk pada kebakaran periodik, yang paling menjadi bencana yang biasanya bertepatan dengan El Niño peristiwa iklim. Habitat berbatu sangat rentan terhadap kerusakan akibat kebakaran karena cepat mengalami drainase (MacKinnon, et al.., 1996).
Pada tahun 1982 dan 1983, kebakaran meluas di Kalimantan, terkait dengan kekeringan yang berkepanjangan, dan merusakan kawasan-kawasan hutan dataran rendah. Meskipun tidak ada laporan khusus dari kebakaran ini yang mencapai Bukit Kelam, kebakaran ini tampaknya bertepatan dengan kerusakan yang diamati di Bukit Kelam di beberapa tahun kemudian. Sebelum kebakaran tanaman, Nepenthes clipeata mudah diamati dan tumbuh di wajah batu terbuka di atas jangkauan, seperti dicatat baik oleh Hallier pada tahun 1894 dan pengamat lain di tahun 1980-an. Faktor kebakaran ini menghancurkan sebagian besar hutan di sepanjang sisi-sisi jalan puncak Bukit Kelam semua tanaman Nepenthes clipeata disapu bersih. Peristiwa El Nino tahun 1997 dan 1998 dengan beberapa bulan tidak ada hujan, menghasilkan kebakaran di seluruh pulau Kalimantan. Kali ini kebakaran, mungkin diprakarsai oleh berkemah di gunung atau memang terbakar secara alami akibat dari teriknya panas matahari. Kebakaran menyapu seluruh dataran tinggi puncak dan sisi timur, sehingga menghancurkan sebagian besar habitat utuh yang tersisa. Pada akhir tahun 1998, kunjungan ke Bukit Kelam mengungkapkan sejauh menghancurkan hutan dari kerusakan kebakaran juga menghilangkan kumpulan terbesar yang diketahui sepetak tanaman Nepenthes clipeata, sehingga yang tersisa hanyalah jumlah kecil tanaman Nepenthes clipeata masih tumbuh dan beberapa sisa vegetasi terbakar di tepi curam puncak tebing (pers. obs.).


DAMPAK DARI KOLEKTOR

Meskipun Nepenthes telah subyek hortikultura populer selama lebih dari satu abad, ada beberapa kasus di mana spesies telah hampir habis dalam habitat alam liarnya semata-mata karena perburuan. Hal ini sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa varietas yang paling rentan (endemik umumnya pegunungan), terjadi di daerah terpencil atau daerah tidak dapat diakses, dan juga sulit transportasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar